MAKALAH
KERUKUNAN
UMAT BERAGAMA
Add caption |
Disusun oleh :
Nama :
Ika nurjanah
NPM :
53412577
Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dasar
Fakultas : Teknologi Industri
Jurusan : Teknik Informatika
Kelas :
1IA10
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur
kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Kerukunan Umat Beragama” tepat pada
waktunya.
Makalah
ini menjelaskan tentang bagaimana hubungan sosial suatu masyarakat dimana
terdapat berbagai macam agama. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis maupun pembaca. Selesainya penulisan makalah ini berkat bantuan dari
berbagai pihak, yang telah memberikan dukungan dalam berbagai bentuk kepada
penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penulisan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, untuk
itu penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca, guna menyempurnakan
makalah ini.
Depok, Januari
2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kumpulan
suatu orang yaitu masyarakat, hidup bermasyarakat berarti hidup berdampingan
dengan orang lain. Dan hidup berdampingan dengan orang lain berarti harus mau
menerima setiap kondisi yang terjadi di antara orang termasuk dalam perbedaan
agama. Karena dalam kenyataannya orang di sekitar kita itu berbeda agamanya
karena setiap orang memiliki hak untuk memilih agamanya masing – masing. Di
Indonesia sendiri saja ada beberapa agama seperti agama Kristen, Konghucu, Hindu,
Budha, Khatolik dan islam. Dan setiap agama pasti mempunyai aturan masing –
masing dalam beribadah. Dengan perbedaan agama tersebut kita harus bisa
menghormati agama lain. Jika kita mampu meningkatkan sikap saling menghormati
maka setidaknya kita dapat melakukan proses komunikasi antar individu sebaik –
baiknya.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi agama?
a. Apa
saja unsur – unsur agama?
b.
Bagaimana cara – cara beragama?
c. Apakah
fungsi dari agama?
2.
Apa definisi kerukunan umat beragama?
a.
Bagaimana wujud kerukunan umat beragama?
b. Apa saja macam - macam dari kerukunan
umat beragama?
3. Bagaimana menjaga
kerukunan umat beragama?
1.3 Tujuan
Tujuan Makalah ini diantaranya
sebagai berikut. Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Untuk mempelajari tentang bagaimana cara
manusia beragama, fungsi dari beragama dan bagaimana kerukunan suatu masyarakat
dalam beragama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agama
Agama
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata
agama berasal dari bahasa Sanskerta
yang berarti tradisi.
Menurut sosiolog, manusia beragama disebabkan oleh
beberapa faktor :
1.
Karena manusia tidak mampu mengatasi
bencana alam dengan kemampuannya sendiri.
2.
Tidak mampu melestarikan sumberdaya dan
keharmonisan alam.
3.
Tidak mampu mengatur tindakan manusia
untuk dapat hidup damai satu sama lain dalam masyarakat.
Manusia juga sebagai makhluk
beragama, yaitu makhluk yang mempunyai tingkat kepercayaan terhadap sesuatu
yang diyakini dengan sepenuh hati dan diwujudkan dalam setiap kegiatan
hidupnya. Dengan agama yang dianutnya, maka manusia dapat melakukan berbagai
kegiatan hidup.
Sebagai makhluk beragama, manusia
menyadari bahwa hidup dan kehidupan diciptakan Tuhan agar kita saling
berinteraksi dengan makhluk lainnya. Hal ini merupakan wujud untuk menjaga
kelestarian hidup dan kehidupan. Interksi antar makhluk ini merupakan bukti
bahwa kita bukanlah makhuk individual.
A.
Unsur – unsur agama
Didalam beragama
ada beberapa unsur, Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari
beberapa unsur pokok yaitu
1.
Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip
yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi.
2.
Simbol agama, yakni identitas agama yang
dianut umatnya.
3.
Praktik keagamaan, yakni hubungan
vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan
antarumat beragama sesuai dengan ajaran agama
4.
Pengalaman keagamaan, yakni berbagai
bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
5.
Umat beragama, yakni penganut
masing-masing agama.
B.
Cara Beragama
Cara beragama
ada 4 yaitu
1.
Tradisional,
yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek
moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat
dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan.
2.
Formal,
yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau
masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang
berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam
beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau
masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika
memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya.
3.
Rasional,
yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka
selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan,
ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara
tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
4.
Metode
Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan
hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan
menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah).
Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu
agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusannya.
C.
Fungsi Agama
1.
Sumber pedoman hidup bagi individu
maupun kelompok
2.
Mengatur tata cara hubungan manusia
dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
3.
Merupakan tuntutan tentang prinsip benar
atau salah
4.
Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
5.
Pedoman perasaan keyakinan
6.
Pedoman keberadaan
7.
Pengungkapan estetika (keindahan)
8.
Pedoman rekreasi dan hiburan
9.
Memberikan identitas kepada manusia
sebagai umat dari suatu agama.
2.2 Pengertian
Kerukunan umat beragama
Kerukunan umat beragama sangat penting dalam suatu
masyarakat, Kerukunan umat bragama yaitu hubungan sesame umat beragama yang
dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling
menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam
kehidupan masyarakat.
Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian
dan mengahargai tanpa adanya paksaan dalam hal apapun, khususnya dalam hal
agama.
Departemen
agama juga menjadikan kerukunan antar umat beragama sebagai tujuan pembangunan
nasional bangsa Indonesia yang diarahkan dalam tiga bentuk yaitu:
a) Kerukunan intern umat beragama.
b) Keukunan antar umat beragama.
c) Kerukunan antar umat beragama dengan pemerinatah.
a) Kerukunan intern umat beragama.
b) Keukunan antar umat beragama.
c) Kerukunan antar umat beragama dengan pemerinatah.
A.
Wujud kerukunan Umat Beragama
Dalam beragama
dapat diwujudkan dengan beberapa sifat yaitu
1.
Saling tenggang rasa.
2.
Saling menghargai.
3.
Toleransi antar umat beragama
4.
Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk
agama tertentu
5.
Melaksanakan ibadah sesuai agamanya,
6.
Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam
Agamanya maupun peraturan
Negara atau Pemerintah.
Negara atau Pemerintah.
B.
Macam – macam kerukunan dalam umat
beragama
1.
Kerukunan antar pemeluk agama yang sama
yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat penganut suatu
agama.
2.
Kerukunan antar umat beragama lain yaitu
suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat yang memeluk agama
berbeda – beda.
2.3
Bagaimana Menjaga KerukunanUmat Beragama
Menjaga kerukunan antar umat beragama sangat penting
karena dengan adanya kerukunan umat beragama diharapkan akan mendapatkan
kehidupan yang lebih baik. Dibawah ini merupak cara untuk menjaga kerukunan
umat beragama
1. Menjunjung
tinggi rasa toleransi antar umat
beragama, baik sesame antar pemeluk agama yang sama maupun yanag berbeda
2. Selalu
siap membantu sesame
3. Menghormati
orang lain
4. Menyelesaikan
masalah dengan kepala dingin
Selain
itu Cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama adalah
dengan mengadakan dialog antar umat beragama yang di dalamnya membahas tentang
hubungan antar sesama umat beragama. Selain itu ada beberapa cara menjaga
sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama antara lain:
1. Menghilangkan
perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain
2. Jangan
menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan
orangnya.
3. Biarkan
umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain yang sedang
beribadah.
4.
Hindari diskriminasi terhadap agama
lain.
Pentingnya hidup dalam kerukunan
beragama
Agama adalah tuntunan hidup yang
kita terima sebagai sebuah kepastian hidup. Dengan beragama, maka kehidupan
kita menjadi lebih nyaman dan terarah serta teratur. Tidak ada lagi
tindakan-tindakan anarkis yang mengatasnamakan kemanusiaan. Dengan agama, maka
kita jadi mengetahui segala hal yang baik, begitu juga segala hal yang buruk
bagi kehidupan kita dan masyarakat kita. Kehidupan kita menjadi lebih baik
sebab banyak tuntunan yang kita dapatkan dan banyak larangan yang menjadikan
kita mengetahui apa yang harus dikerjakan dan yang tidak harus dikerjakan. Kita
harus menciptakan kerukunan umat beragama dalam kehidupan kita sehingga
masyarakat kita menjadi masyarakat yang tenang dan aman.
Kerukunan umat beragama sangat
menentukan kondisi kehidupan kita dimasyarakat. Jika kita masing-masing
memegang teguh kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat, maka masyarakat akan
menjadi satu komunitas terbaik dan mendukung peningkatan eksisitensi diri.
Masyarakat rukun adalah masyarakat yang memungkinkan terjadinya atau
terciptanya sebuah komunikasi antar personal sebaik-baiknya dan menghindarkan
berbagai keburukan yang mungkin dapat tercipta.
Kendala
– kendala dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama
1.
Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut
Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi antar agama sekarang
ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap toleransi malas-malasan
(lazy tolerance) sebagaimana diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai
akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect encounter) antar agama,
khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitif. Sehingga kalangan umat
beragama merasa enggan mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Tentu saja,
dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena baik pihak yang berbeda
keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama lain. Masing-masing agama
mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian membiarkan satu sama lain
bertindak dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah
perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat
menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka
akan timbullah yang dinamakan konflik.
2.
Kepentingan Politik
Faktor
Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala dalam
mncapai tujuan sebuah kerukunan anta umat beragama khususnya di Indonesia, jika
bukan yang paling penting di antara faktor-faktor lainnya. Bisa saja sebuah
kerukunan antar agama telah dibangun dengan bersusah payah selama
bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan demikian kita pun
hampir memetik buahnya. Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut
memengaruhi hubungan antaragama dan bahkan memorak-porandakannya seolah petir
menyambar yang dengan mudahnya merontokkan “bangunan dialog” yang sedang kita
selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak
hanya menangis melihat political upheavels di negeri ini, tetapi lebih dari itu
yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-saudara kita,
yang mudah-mudahan diterima di sisi-Nya.
Tanpa
politik kita tidak bisa hidup secara tertib teratur dan bahkan tidak mampu
membangun sebuah negara, tetapi dengan alasan politik juga kita seringkali
menunggangi agama dan memanfaatkannya.
3.
Sikap Fanatisme
Di
Indonesia telah tumbuh dan berkembang pemahaman keagamaan yang dapat
dikategorikan sebagai Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman
keagamaan yang menekankan praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah
ajaran agama seharusnya diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat.
Mereka masih berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan
dapat menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk
Islam. Segala perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut perspektif aliran ini,
tidak dapat diterima di sisi Allah.
Pandangan-pandangan
semacam ini tidak mudah dikikis karena masing-masing aliran dalam agama
tertentu, Islam misalnya, juga memiliki agen-agen dan para pemimpinnya
sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu komando dan satu pemimpin. Ada
banyak aliran dan ada banyak pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama
lain memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang bertentangan.
Tentu saja, dalam agama Kristen juga ada kelompok eksklusif seperti ini.
Kelompok Evangelis, misalnya, berpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah
mengajak mereka yang percaya untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada
“di luar” untuk masuk dan bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang
bergabung dengan gereja yang akan dianugerahi salvation atau keselamatan abadi.
Dengan saling mengandalkan pandangan-pandangan setiap sekte dalam agama
teersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.
Solusi
– solusi dari kendala – kendala
tersebut yaitu
1.
Dialog Antar Pemeluk Agama
2.
Bersikap Optimis
Dalam
memantapkan kerukunan hidup umat beragama perlu dilakukan suatu upaya-upaya
yang mendorong terjadinya kerukunan hidup umat beragama secara lebih baik dalam
bentuk :
1. Memperkuat
dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar umat beragama
dengan pemerintah.
2. Membangun
harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya mendorong dan
mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi dan
implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.
3. Menciptakan
suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka memantapkan pendalaman
dan penghayatan agama serta pengamalan agama yang mendukung bagi pembinaan
kerukunan hidup intern dan antar umat beragama.
4. Melakukan
eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari seluruh
keyakinan plural umat manusia yang fungsinya dijadikan sebagai pedoman bersama
dalam melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama
lainnya dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan.
5. Melakukan
pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan yang
mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan, agar tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial
keagamaan.
6. Menempatkan
cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara menghilangkan rasa
saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan tercipta suasana
kerukunan yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
7. Menyadari bahwa perbedaan adalah
suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat, oleh sebab itu hendaknya hal ini
dijadikan mozaik yang dapat memperindah fenomena kehidupan beragama.
Adapun langkah-langkah yang harus
diambil dalam memantapkan kerukunan hidup umat beragama, diarahkan kepada 4 (empat)
strategi yang mendasar yakni :
1. Para
pembina formal termasuk aparatur pemerintah dan para pembina non formal yakni
tokoh agama dan tokoh masyarakat merupakan komponen penting dalam pembinaan
kerukunan antar umat beragama.
2. Masyarakat
umat beragama di Indonesia yang sangat heterogen perlu ditingkatkan sikap
mental dan pemahaman terhadap ajaran agama serta tingkat kedewasaan berfikir
agar tidak menjurus ke sikap primordial.
3. Peraturan
pelaksanaan yang mengatur kerukunan hidup umat beragama perlu dijabarkan dan
disosialisasikan agar bisa dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat, dengan
demikian diharapkan tidak terjadi kesalahpahaman dalam penerapan baik oleh
aparat maupun oleh masyarakat, akibat adanya kurang informasi atau saling
pengertian diantara sesama umat beragama.
4. Perlu adanya pemantapan fungsi
terhadap wadah-wadah musyawarah antar umat beragama untuk menjembatani
kerukunan antar umat beragama.
KESIMPULAN
Masing – masing orang pasti mempunyai agama walaupun
mereka menganut agama yang berbeda – beda. Untuk itu perlu adanya kerukunan
umat beragama, kerukunan umat beragama sangat penting dalam kehidupan sebab
dengan adanya kerukunan umat beragama hidup menjadi lebih nyaman dan bahagia. Kerukanan
antar umat beragama adalah dimana kita saling menghargai perbedaan agama
yang kita miliki dengan agama yang dimiliki oleh orang lain. Dalam mewujudkan
kerukunan antar umat beragama ada
kendala – kendalanya. Maka dari itu masing – masing agama harus memiliki
kesadaran untuk menghormati dan menghargai agama yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
http://Wikipedia.org