Rabu, 30 Januari 2013

Kerukunan Umat Beragama

MAKALAH
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA


Add caption


Disusun oleh      :
Nama                  : Ika nurjanah
NPM                    : 53412577
Mata Kuliah        : Ilmu Sosial Dasar
Fakultas              : Teknologi Industri
Jurusan               : Teknik Informatika
 Kelas                  : 1IA10


KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Kerukunan Umat Beragama” tepat pada waktunya.
Makalah ini menjelaskan tentang bagaimana hubungan sosial suatu masyarakat dimana terdapat berbagai macam agama. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca. Selesainya penulisan makalah ini berkat bantuan dari berbagai pihak, yang telah memberikan dukungan dalam berbagai bentuk kepada penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca, guna menyempurnakan makalah ini.





Depok,      Januari 2013


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kumpulan suatu orang yaitu masyarakat, hidup bermasyarakat berarti hidup berdampingan dengan orang lain. Dan hidup berdampingan dengan orang lain berarti harus mau menerima setiap kondisi yang terjadi di antara orang termasuk dalam perbedaan agama. Karena dalam kenyataannya orang di sekitar kita itu berbeda agamanya karena setiap orang memiliki hak untuk memilih agamanya masing – masing. Di Indonesia sendiri saja ada beberapa agama seperti agama Kristen, Konghucu, Hindu, Budha, Khatolik dan islam. Dan setiap agama pasti mempunyai aturan masing – masing dalam beribadah. Dengan perbedaan agama tersebut kita harus bisa menghormati agama lain. Jika kita mampu meningkatkan sikap saling menghormati maka setidaknya kita dapat melakukan proses komunikasi antar individu sebaik – baiknya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi agama?
     a. Apa saja unsur – unsur agama?
     b. Bagaimana cara – cara beragama?
     c. Apakah fungsi dari agama?
      2. Apa definisi kerukunan umat beragama?
           a. Bagaimana wujud kerukunan umat beragama?
           b. Apa saja macam - macam dari kerukunan umat beragama?
3. Bagaimana  menjaga kerukunan umat beragama?
1.3 Tujuan
Tujuan Makalah ini diantaranya sebagai berikut. Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Untuk mempelajari tentang bagaimana cara manusia beragama, fungsi dari beragama dan bagaimana kerukunan suatu masyarakat dalam beragama.  

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata  agama  berasal dari bahasa Sanskerta yang  berarti  tradisi.
Menurut sosiolog, manusia beragama disebabkan oleh beberapa faktor :
1.      Karena manusia tidak mampu mengatasi bencana alam dengan kemampuannya sendiri.
2.      Tidak mampu melestarikan sumberdaya dan keharmonisan alam.
3.      Tidak mampu mengatur tindakan manusia untuk dapat hidup damai satu sama lain dalam masyarakat.
Manusia juga sebagai makhluk beragama, yaitu makhluk yang mempunyai tingkat kepercayaan terhadap sesuatu yang diyakini dengan sepenuh hati dan diwujudkan dalam setiap kegiatan hidupnya. Dengan agama yang dianutnya, maka manusia dapat melakukan berbagai kegiatan hidup.
Sebagai makhluk beragama, manusia menyadari bahwa hidup dan kehidupan diciptakan Tuhan agar kita saling berinteraksi dengan makhluk lainnya. Hal ini merupakan wujud untuk menjaga kelestarian hidup dan kehidupan. Interksi antar makhluk ini merupakan bukti bahwa kita bukanlah makhuk individual.
A.    Unsur – unsur agama
Didalam beragama ada beberapa unsur, Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok yaitu
1.      Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi.
2.      Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3.      Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agama
4.      Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
5.      Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama.
B.     Cara Beragama
Cara beragama ada 4 yaitu
1.      Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan.
2.      Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya.
3.      Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
4.      Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusannya.
C.     Fungsi Agama
1.      Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
2.      Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
3.      Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
4.      Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
5.      Pedoman perasaan keyakinan
6.      Pedoman keberadaan
7.      Pengungkapan estetika (keindahan)
8.      Pedoman rekreasi dan hiburan
9.      Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.
2.2  Pengertian Kerukunan umat beragama
Kerukunan umat beragama sangat penting dalam suatu masyarakat, Kerukunan umat bragama yaitu hubungan sesame umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat.
Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian dan mengahargai tanpa adanya paksaan dalam hal apapun, khususnya dalam hal agama.
Departemen agama juga menjadikan kerukunan antar umat beragama sebagai tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia yang diarahkan dalam tiga bentuk yaitu:
a)      Kerukunan intern umat beragama.
b)      Keukunan antar umat beragama.
c)      Kerukunan antar umat beragama dengan pemerinatah.
A.    Wujud kerukunan Umat Beragama
Dalam beragama dapat diwujudkan dengan beberapa sifat yaitu
1.      Saling tenggang rasa.
2.      Saling menghargai.
3.      Toleransi antar umat beragama
4.      Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu
5.      Melaksanakan ibadah sesuai agamanya,
6.      Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun peraturan
Negara atau Pemerintah.
B.     Macam – macam kerukunan dalam umat beragama
1.      Kerukunan antar pemeluk agama yang sama yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat penganut suatu agama.
2.      Kerukunan antar umat beragama lain yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat yang memeluk agama berbeda – beda.
 2.3  Bagaimana Menjaga KerukunanUmat Beragama
Menjaga kerukunan antar umat beragama sangat penting karena dengan adanya kerukunan umat beragama diharapkan akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Dibawah ini merupak cara untuk menjaga kerukunan umat beragama
1.      Menjunjung tinggi  rasa toleransi antar umat beragama, baik sesame antar pemeluk agama yang sama maupun yanag berbeda
2.      Selalu siap membantu sesame
3.      Menghormati orang lain
4.      Menyelesaikan masalah dengan kepala dingin
Selain itu Cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama adalah dengan mengadakan dialog antar umat beragama yang di dalamnya membahas tentang hubungan antar sesama umat beragama. Selain itu ada beberapa cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama antara lain:
1.      Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain
2.      Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan orangnya.
3.      Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain yang sedang beribadah.
4.      Hindari diskriminasi terhadap agama lain.
Pentingnya hidup dalam kerukunan beragama
Agama adalah tuntunan hidup yang kita terima sebagai sebuah kepastian hidup. Dengan beragama, maka kehidupan kita menjadi lebih nyaman dan terarah serta teratur. Tidak ada lagi tindakan-tindakan anarkis yang mengatasnamakan kemanusiaan. Dengan agama, maka kita jadi mengetahui segala hal yang baik, begitu juga segala hal yang buruk bagi kehidupan kita dan masyarakat kita. Kehidupan kita menjadi lebih baik sebab banyak tuntunan yang kita dapatkan dan banyak larangan yang menjadikan kita mengetahui apa yang harus dikerjakan dan yang tidak harus dikerjakan. Kita harus menciptakan kerukunan umat beragama dalam kehidupan kita sehingga masyarakat kita menjadi masyarakat yang tenang dan aman.
Kerukunan umat beragama sangat menentukan kondisi kehidupan kita dimasyarakat. Jika kita masing-masing memegang teguh kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat, maka masyarakat akan menjadi satu komunitas terbaik dan mendukung peningkatan eksisitensi diri. Masyarakat rukun adalah masyarakat yang memungkinkan terjadinya atau terciptanya sebuah komunikasi antar personal sebaik-baiknya dan menghindarkan berbagai keburukan yang mungkin dapat tercipta.
Kendala – kendala dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama
1.      Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi antar agama sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap toleransi malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitif. Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena baik pihak yang berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama lain. Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka akan timbullah yang dinamakan konflik.
2.      Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan anta umat beragama khususnya di Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-faktor lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun dengan bersusah payah selama bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan demikian kita pun hampir memetik buahnya. Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut memengaruhi hubungan antaragama dan bahkan memorak-porandakannya seolah petir menyambar yang dengan mudahnya merontokkan “bangunan dialog” yang sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak hanya menangis melihat political upheavels di negeri ini, tetapi lebih dari itu yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-saudara kita, yang mudah-mudahan diterima di sisi-Nya.
Tanpa politik kita tidak bisa hidup secara tertib teratur dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi dengan alasan politik juga kita seringkali menunggangi agama dan memanfaatkannya.
3.      Sikap Fanatisme
Di Indonesia telah tumbuh dan berkembang pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang menekankan praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk Islam. Segala perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut perspektif aliran ini, tidak dapat diterima di sisi Allah.
Pandangan-pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena masing-masing aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga memiliki agen-agen dan para pemimpinnya sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan ada banyak pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu saja, dalam agama Kristen juga ada kelompok eksklusif seperti ini. Kelompok Evangelis, misalnya, berpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak mereka yang percaya untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada “di luar” untuk masuk dan bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang bergabung dengan gereja yang akan dianugerahi salvation atau keselamatan abadi. Dengan saling mengandalkan pandangan-pandangan setiap sekte dalam agama teersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.
Solusi – solusi dari kendala – kendala  tersebut  yaitu
1.      Dialog Antar Pemeluk Agama
2.      Bersikap Optimis
Dalam memantapkan kerukunan hidup umat beragama perlu dilakukan suatu upaya-upaya yang mendorong terjadinya kerukunan hidup umat beragama secara lebih baik dalam bentuk :
1.      Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar umat beragama dengan pemerintah.
2.      Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi dan implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.
3.      Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan agama yang mendukung bagi pembinaan kerukunan hidup intern dan antar umat beragama.
4.      Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari seluruh keyakinan plural umat manusia yang fungsinya dijadikan sebagai pedoman bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan.
5.      Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan yang mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan, agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.
6.      Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan tercipta suasana kerukunan yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
7.      Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat, oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang dapat memperindah fenomena kehidupan beragama.
Adapun langkah-langkah yang harus diambil dalam memantapkan kerukunan hidup umat beragama, diarahkan kepada 4 (empat) strategi yang  mendasar  yakni :
1.      Para pembina formal termasuk aparatur pemerintah dan para pembina non formal yakni tokoh agama dan tokoh masyarakat merupakan komponen penting dalam pembinaan kerukunan antar umat beragama.
2.      Masyarakat umat beragama di Indonesia yang sangat heterogen perlu ditingkatkan sikap mental dan pemahaman terhadap ajaran agama serta tingkat kedewasaan berfikir agar tidak menjurus ke sikap primordial.
3.      Peraturan pelaksanaan yang mengatur kerukunan hidup umat beragama perlu dijabarkan dan disosialisasikan agar bisa dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat, dengan demikian diharapkan tidak terjadi kesalahpahaman dalam penerapan baik oleh aparat maupun oleh masyarakat, akibat adanya kurang informasi atau saling pengertian diantara sesama umat beragama.
4.      Perlu adanya pemantapan fungsi terhadap wadah-wadah musyawarah antar umat beragama untuk menjembatani kerukunan antar umat beragama.
KESIMPULAN
Masing – masing orang pasti mempunyai agama walaupun mereka menganut agama yang berbeda – beda. Untuk itu perlu adanya kerukunan umat beragama, kerukunan umat beragama sangat penting dalam kehidupan sebab dengan adanya kerukunan umat beragama hidup menjadi lebih nyaman dan bahagia. Kerukanan  antar umat beragama adalah dimana kita saling menghargai perbedaan agama yang kita miliki dengan agama yang dimiliki oleh orang lain. Dalam mewujudkan kerukunan antar  umat beragama ada kendala – kendalanya. Maka dari itu masing – masing agama harus memiliki kesadaran untuk menghormati dan menghargai agama yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
http://Wikipedia.org

http://google.co.id